QURAN dan TerJemahan ~ PerHatikan Pesanan Allah dlm KiTabNya ini

AL QURAN

Listen to Quran
~*~*~*Al-Quran OnLine

11 November, 2014

Taqdir dan jenis-jenisnya

2 Jenis Taqdir

Takdir mengikut pandangan ulama’Ahl as-Sunnah wa al-Jamaah;
1. Taqdir Mubram: Iaitu takdir yang muktamad dan ia tertulis di Lauh Mahfuz. Tidak ada apa-apa pengurangan, penambahan atau pengubahan kepada takdir ini. Ia adalah ketentuan Allah Taala yang pasti berlaku dan tidak dapat dihalang oleh sesuatu apa pun. Contohnya: Kehidupan dan Kematian.
 
Dalam bahasa Arab, mubram artinya sesuatu yang sudah pasti, tidak dapat dielakkan. Jadi, takdir mubram merupakan ketentuan mutlak dari Allah SWT yang pasti berlaku atas setiap diri manusia, tanpa bisa dielakkan atau di tawar-tawar lagi, dan tanpa ada campur tangan atau rekayasa dari manusia.
Contoh takdir mubram antara lain :
Waktu ajal seseorang tiba
Usia seseorang
Jenis kelamin seseorang
Warna darah yang merah
Bumi mengelilingi matahari
Bulan mengelilingi bumi
Jika Allah sudah menetapkan bahwa seseorang akan mati pada suatu hari, di suatu tempat, pada jam sekian, maka orang tersebut pasti akan mati pada saat dan tempat yang sudah ditentukan itu. Ia tidak akan bisa lari atau bersembunyi dari malaikat Izrail, meskipun ia berada di dalam sebuah tembok benteng yang sangat kokoh. Allah SWT. berfirman :
Artinya : 
 “Di manapun kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, meskipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh…”  (QS. an-Nisa : 78)


2. Taqdir Mu’allaq: Iaitu takdir yang tertulis yang boleh tetap dan boleh berubah dengan kehendak Allah, bergantung kepada sebab-sebab yang diusahakan oleh manusia. Mu’allaq bererti tergantung. Ia adalah ketentuan yang tidak semestinya berlaku bahkan bergantung kepada sesuatu perkara. Contohnya: Panjang umur bergantung kepada menghubungkan silaturrahim dan amal kebajikan yang lain, seperti dalam sabda Rasulullah SAW, maksudnya:
“Tidak boleh ditolak ketetapan Allah Taala melainkan doa. Dan tiada yang boleh memanjangkan umur melainkan berbuat baik kepada ibu bapa.” (Riwayat Hakim, Ibnu Hibban dan Tirmizi)

Beberapa contoh takdir mu’allaq antara lain adalah kekayaan, kepandaian, dan kesehatan. Untuk menjadi pandai, kaya, atau sehat, seseorang tidak boleh hanya duduk berpangku tangan menunggu datangnya takdir tapi ia harus mengambil peran dan berusaha. Untuk menjadi pandai kita harus belajar; untuk menjadi kaya kita harus bekerja keras dan hidup hemat; dan untuk menjadi sehat kita harus menjaga kebersihan. Tidak mungkin kita menjadi pandai kalau kita malas belajar atau suka membolos. Demikian juga kalau kita ingin kaya, tetapi malas bekerja dan suka hidup boros; atau kita ingin sehat, tetapi kita tidak menjaga kebersihan lingkungan, maka apa yang kita inginkan itu tak mungkin terwujud

  Menurut ulama Ahl as-Sunnah, doa berpengaruh dalam mengubah apa yang telah tertulis.
Dengan berdoalah seseorang hamba itu akan merasakan dirinya lemah dan berhajat kepada Allah. Akan tetapi perubahan yang kita pohon itupun sudah ditetapkan melalui doa.
 Janganlah kita menyangka apabila berdoa, bererti meminta sesuatu yang belum tertulis, bahkan doa kita telah tertulis dan apa yang terjadi kerananya juga telah tertulis.
Begitu juga penyakit yang merupakan taqdir Allah boleh disembuhkan melalui rawatan dan pengharapan yang bersungguh-sungguh kepada-Nya, ia juga termasuk dalam Taqdir Mu’allaq.
 Rasulullah SAW pernah ditanya;

“Ya Rasulallah, bagaimana pandanganmu terhadap ruqyah-ruqyah yang kami gunakan untuk jampi, ubat-ubatan yang kami gunakan untuk menyembuh penyakit, perlindungan-perlindungan yang kami gunakan untuk menghindari daripada sesuatu, apakah itu semua boleh menolak taqdir Allah? 

Jawab Rasulullah SAW; ‘Semua itu adalah (juga) taqdir Allah.” (HR Tirmizi)

Firman Allah yang bermaksud:
  “Sesungguhnya Allah tidak mengubah apa yang ada pada sesuatu kaum sehingga mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka sendiri.”
(Surah ar-Ra’du : ayat 11)

Maka, apa yang tercatat dalam Taqdir Mu’allaq boleh diubah oleh Allah atas sebab-sebab yang diusahakan oleh manusia dengan kehendak Allah. Namun perubahan itu tidak terkeluar daripada apa yang Allah sedia ketahui dan tulis dalam Taqdir Mubram.
 Dalil untuk dua jenis taqdir ini ialah firman Allah Taala, maksudnya:
“Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki, dan menetapkan (apa yang Dia kehendaki), dan di sisi-Nya-lah terdapat Umm al-Kitab.(Surah ar-Ra’d : ayat 39)

“Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan menetapkan (apa yang Dia kehendaki),” ia merujuk kepada Taqdir Mu’allaq.

“Dan di sisi-Nya-lah terdapat Umm al-Kitab,” merujuk kepada Taqdir Mubram.

Ibnu Kathir r.hm menafsirkan “Umm al-Kitab” tersebut adalah perkara yang halal dan yang haram. (Mukhtasar Tafsir Ibnu Kathir)

Allah Taala telah menjadikan kepada ketentuan ini beberapa sebab yang boleh menolak dan mengangkatnya seperti berdoa, sedekah jariah, pengetahuan, perubatan, dan sebagainya. Kerana makna beriman terhadap Qada’ dan Qadar sama sekali tidak menafikan kewajipan kita berusaha dan berikhtiar melakukan yang terbaik dalam kehidupan ini.
Allah pemilik Zat Yang Maha Adil, tidak akan sesekali menzalimi hamba-Nya, barang siapa yang jujur dalam melaksanakan amal soleh pasti akan dimudahkan jalan menuju Syurga.

“Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (syurga), maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah.”
(Surah al-Lail : ayat 5-7)

Firman Allah lagi, maksudnya:
“Dan orang-orang yang berusaha dengan bersungguh-sungguh (kerana memenuhi kehendak agama Kami), sesungguhnya Kami akan memimpin mereka ke jalan-jalan Kami dan sesungguhnya (pertolongan dan bantuan) Allah adalah berserta orang-orang yang berusaha membaiki amalannya.”
(Surah al-Ankabut : ayat 69)

Dengarkan pula firman Allah tentang penduduk neraka yang mereka kekal di dalamnya mengharapkan kembali ke alam dunia, Allah Maha Mengetahui apa yang akan mereka lakukan seandainya dikembalikan ke dunia di dalam QS al-An’am ayat 27 hingga 28, maksudnya;

“Dan jika kamu (Muhammad) melihat ketika mereka dihadapkan ke neraka, lalu mereka berkata; ‘Kiranya kalau kami dikembalikan (ke dunia) dan tentulah kami tidak mendustakan ayat-ayat Tuhan kami, serta menjadi orang-orang yang beriman (tentulah kamu melihat suatu peristiwa yang mengharukan).”

“Bahkan (sebenarnya) telah nyata bagi mereka kejahatan yang mereka dahulu selalu menyembunyikannya. Sekiranya mereka dikembalikan ke dunia, tentulah mereka kembali kepada apa yang mereka telah dilarang mengerjakannya. Dan sesungguhnya mereka itu adalah pendusta-pendusta belaka.”

Demikianlah ilmu Allah, tidak ada sedikitpun yang terluput daripada pengetahuan-Nya. Berdasarkan ilmu Yang Maha Sempurna itu Allah menulis segala sesuatu yang akan terjadi, yang belum terjadi dan yang sudah terjadi di Lauh Mahfuzh, 50,000 tahun sebelum Allah ciptakan langit dan bumi. Rasulullah SAW bersabda;

“Allah telah mencatatkan taqdir-taqdir sekalian makhluk-Nya 50,000 tahun sebelum diciptakan langit-langit dan bumi.”
(Riwayat Muslim)

Firman Allah yang bermaksud:

“Dan apabila Allah menghendaki untuk menimpakan kepada sesuatu kaum bala bencana (disebabkan kesalahan mereka sendiri), maka tiada sesiapapun yang dapat menolak atau menahan apa yang ditetapkan-Nya itu.”

(Surah ar-Ra’d : ayat 11)

Apa-apa yang telah tercatat dalam Lauh Mahfuzh berlaku menurut kehendak Allah dengan penuh perincian melangkaui akal manusia, satu-persatu, tiada satupun yang terlepas daripada ilmu, kehendak dan penciptaan Allah Taala. Tiada sesuatu di alam ciptaan-Nya ini yang terjadi berlawanan dengan kehendak-Nya. Kerana Maha Luasnya pengetahuan Allah, maka tiada siapapun mampu menghitungnya secara tuntas sehingga hal ini diperhatikan oleh Imam Ja’afar as-Sodiq r.hm, sebagaimana katanya;

“Orang yang terlalu memikirkan masalah Qadar ibaratnya seperti orang memandang terik mentari, semakin kuat ia melihat semakin bertambah ia merasa hairan.” 

 (Jami’ Bayan al-‘Ilmi wa Fadhlih, Ibn ‘Abd al-Barr)

Oleh sebab manusia tidak mengetahui Qada’ dan Qadar-NYA, maka manusia perlu kepada usaha dan doa tanpa berputus asa. Ambillah pengajaran/iktibar tentang kesilapan masa lalu, agar kita tidak mengulanginya pada masa kini. Usah menyalahkan taqdir kerana semuanya itu mengandungi rahsia Allah yang tiada siapapun mampu merungkainya. Batasan tersebut diingatkan Rasulullah SAW kepada umatnya:

“Jika ada yang menyebut perkara takdir, maka hentikanlah mereka (membahas takdir).” 
(Riwayat at-Tabarani)

Semoga Allah sentiasa mencurahkan rahmat dan inayah-Nya kepada kita.
Ameen Ya Robb..!!!

WallahHu'Alam.

http://www.tarbawi.my

http://darululumonline.wordpress.com/2013/09/18/2-jenis-takdir/

http://takdiribnu.blogspot.com/2013/09/macam-macam-takdir.html

. .
~***~Taman Koperasi BENA, IJOK~***~
~*~ Related Posts Plugin for WordPress, Blogger... ~*~